Di sebuah café di pusat kota
Jakarta ku nikmati esspreso berdua dengan seorang kekasih, namanya Rima. Nama
yang indah , sesuai dengan penampilanya. Wajahnya yang sangat pribumi dengan
lengkungan bibir yang senantiasa tersenyum menghiasi wajahnya yang membuatku
tak bosan-bosan memandangi wajahnya, dibalut dengan dress warna merah
kesukaannya menambah kesan anggun
penampilannya. Sedangkan aku sendiri mengenakan kemeja dengan motif garis dan
celana panjang hitam yang terkesan sangat rapi, memang, saat itu aku baru saja
selesai kerja. Kantor ku tidak jauh dari
café tersebut, sebuah perusahaan administrasi yang mempunyai gedung dengan
puluhan lantai. Suasana café yang nyaman diiringi dengan alunan music jazz
membuat malam semakin romantis. Café ini memang tempat favoritku untuk melepas
penat setelah kerja seharian.
Rima terlihat sangat gelisah ,
tak henti-hentinya rima menengok samping kanan dan kiri. Tak tau apa yang
sedang di pikirkannya, saat kutanya
“ada
apa?” ,
rima
menjawabnya dengan senyumnya yang sangat manis “tidak, tidak ada apa apa”.
Mungkin dia hanya asing dengan tempat ini.
Memang, rima baru pertama kali aku ajak
ke tempat favoritku ini. Setahuku Rima bukanlah perempuan yang senang dengan
dunia malam seperti ini, dia adalah tipe perempuan yang bekerja di siang hari
dan langsung pulang ketika selesai dan lebih banyak menghabiskan waktunya di
kamar apartemennya, entah itu tidur, menonton tv, atau membaca komik
kesukaannya. Apartemennya berada di pinggiran kota sehingga sangat tenang dan
nyaman. Sangat nyaman memang, beberapa kali aku pernah mengantarnya pulang
setelah selesai kerja, dan sering kali dia langsung tertidur saat sampai di
kamarnya, dia tidur dengan mengenakan pakaian kerja lengkap dengan sepatu
kerjanya. “Kamar yang indah”. Kata yang keluar saat pertama kali aku
mengunjunginya. kamar yang di cat putih . Terdapat foto-foto rima di atas meja,
foto yang sangat cantik dengan frame berwarna putih. Kuperhatikan satu persatu
foto itu, ada satu foto yang sangat menarik perhatianku saat itu, foto rima
dengan seorang wanita cantik dengan baju putih, foto yang terlihat sangat
mesra, bahkan terlalu mesra. Ku pandangi lagi kamar rima. Sangat rapi, itulah
komentarku terhadap kamarya. Rima memang perempuan yang sangat mencintai
kebersihan. Maka dari itu dia sangat rajin sekali membersihkan kamarnya.
Suasana café yang sangat
romantis memang sangat cocok untuk berkencan. Tidak hanya kami berdua, ada
beberapa pasangan yang sedang berkencan dan menikmati kopi di café tersebut. Terdapat
dua cangkir espresso di meja, yang satu tinggal setengah, dan yang satunya lagi
masih terisi penuh. Saat kutanya
“kamu
tidak suka kopi?”,
Dia menjawab “tidak mas” tetap dengan senyum
manisnya.
“apa yang kamu sukai?” ,
rima menjawab dengan senyumnya “apa saja,
asalkan itu manis”.
Ku
panggil pelayan , lalu aku memesan segelas lemon tea. Sembari menunggu pesanan,
kami melanjutkan obrolan kami. “bagaimana pekerjaanmu?” , dia menjawab,
“seperti biasa, tidak ada yang berbeda, dan sepertinya aku mulai jenuh, mas”.
Aku sangat senang sekali ketika Rima memanggilku dengan sebutan “Mas” ,tentu
saja dengan suaranya yang lembut dan senyumnya yang sangat manis.
Segelas lemon tea pun datang,
Rima meminumnya dengan cepat hingga tersisa setengah gelas saja.
“kamu haus sekali?” ,
“iya mas” jawabnya,
“kenapa
dari tadi tidak bilang kalau kamu haus” tanyaku dengan lembut,
“nggak enak mas, malu”, jawabnya sambil
menundukan wajahnya yang sedikit memerah. Dari pintu masuk cafe terlihat wanita
yang sangat cantik dengan dress warna merah, dress yang sama persis dengan yang
di pakai oleh Rima, tapi berwarna merah. Wanita itu memasuki café dengan
langkah yang anggun , badanya sangat seksi dengan ukuran payudara yang
proposional membuat semua mata lelaki yang berada dalam café tersebut menengok
untuk memandanginya. Aku pun memandanginya dan ketika wanita itu sudah dekat,
aku merasa wanita tersebut tidak asing, aku pun mencoba mengingat ingatnya.
Sampai
terdengar teriak panggilan,
“Rima”
suara
wanita itu memanggil Rima dan berjalan menuju tempat ku dan Rima duduk. Ya, aku
baru ingat, dia adalah Wanita yang terdapat dalam foto yang ada di kamar
apartemen Rima.
“siapa dia?” tanyaku kepada
rima,
“seorang teman” jawabnya
singkat.
Wanita itu sampai di tempat meja
kami lalu bersalaman dengan Rima dan mencium pipi Rima. Rima lalu
mengenalkannya padaku . lalu kami saling berjabat tangan dan menyebutkan nama
masing masing. Namanya Fira.
“silahkan duduk Fir”, aku
mempersilahkan
“terima kasih”.
Lalu fira dan Rima pun mengbrol
panjang lebar, aku tak mengerti apa dan ke arah mana obrolan mereka. Aku hanya
melihat mereka dan sesekali menyeruput cangkir esspreso milikku yang isinya
sudah tinggal sedikit.
“aku pulang duluan ya mas?” tiba
tiba rima meminta ijin kepadaku
“Mau kemana?” tanyaku
“ada urusan penting mas”,
jawabnya sambil menatap Fira.
“ya sudah, hati-hati ya”
Rima
dan Fira pergi meninggalkan cafe dengan bergandengan tangan.
aku
memperbolehkannya, karna aku kira dia memang sedang ada urusan penting dan ini
juga sudah terlalu malam untuknya saat aku melihat jam di tanganku sudah
menunjukan pukul 11 malam. Aku masih duduk di kursiku karna aku rasa ini bukan
saatnya pulang, aku masih ingin menikmati alunan music jazz yang sangat asik di
dengar di malam hari.
Seorang pelayan bertanya kepadaku sambil
membersihkan gelas-gelas kosong yang ada di mejaku “di tinggal sendirian mas?”
“iya mas, tadi ada urusan sama
temennya katanya” jawabku
“temennya yang baju merah tadi
ya?” Tanya pelayannya itu
“iya mas, masnya kenal?” jawabku
sekenannya
“kenal mas, dia teman SMA saya,
dia seorang Lesbian.”
Aku pun hanya terdiam, pelayan
pergi dan aku masih terdiam sambil memandangi seorang perempuan cantik
bernyanyi jazz bersuara sangat indah. Kuliah jam di tanganku, jarum jam sudah
menunjukan pukul 12 malam, aku pun melangkahkan kaki ku kelluar cafeteria
dengan penuh Tanya di dalam kepalaku, “Apa yang mereka lakukan?, apa yang Rima
rahasiakan?”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar